Apakah kita pernah tersadar dimanakah kita sekarang ini? Kita sebagai manusia hidup di Bumi mulai dari lahir, kecil, beranjak dewasa, sampai kita meninggal. Kita sangat berhutang budi pada Bumi, planet tempat tinggal kita yang tercinta ini.
Tetapi, berapa banyak kita telah mengotori Bumi, merusak Bumi, dan membuat Bumi ini menjadi tidak indah lagi? Kadang-kadang kita tidak sadar bahwa perbuatan kita sangat merusak Bumi dan terkesan tidak berterima kasih pada Bumi yang telah berjasa banyak pada Bumi.
Oleh karena itu, kita harus mulai mengubah hidup kita agar perbuatan kita ini tidak lagi merusak Bumi. Tentunya kita adalah manusia yang tidak dapat melakukan semua hal. Jadi, kita cukup melakukan perbuatan yang dapat kita lakukan dan tidak perlu memaksakan diri. Jika kita hanya dapat berbuat hal-hal yang sederhana, ya kita lakukan hal sederhana tersebut. Jangan hanya karena hal sederhana yang bis kita lakukan, kita malu untuk melakukannya sehingga kita tidak melakukan apa-apa. Tetapi juga kita harus mengembangkan diri supaya bisa melakukan hal yang lebih besar lagi. Yang terpenting adalah niat dan keikhlasan.
Hal-hal kecil yang dapat kita lakukan misalnya adalah membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghematan listrik, menghemat Bahan Bakar Minyak dan masih banyak lagi.Mungkin kita sudah bosan dengan kata-kata "Buanglah Sampah Pada Tempatnya". Kita mendengar kata-kata itu sejak kita kecil sampai dewasa. Tetapi apakah kita sudah melakukan hal yang kita anggap sederhana tersebut? Mungkin ya, mungkin tidak. Kadang-kadang untuk sampah yang besar kita ingat, tetapi jika sampahnya kecil seperti sobekan kertas, plastik, atau bungkus snack, kita membuangnya begirtu saja. Jika kita ada di kelas, maka kita taruh sampah tersebut dikolong meja. jika ada diangkot maka ditaruh dibawah tempat duduk.
Hal itu tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa. Itu menandakan bahwa yang terpenting adalah kesadaran diri. Usia tidak berpengaruh pada sikap seseorang. Yang paling berpengaruh adalah kesadaran. Itu yang paling penting. Begitu juga dengan penggunaan listrik dan air. Kita selalu menganggap bahwa lebih banyak orang yang menngunakan air lebih banyak dari diri kita sendiri sehingga kita berpikir kalaupun kita menghemat, tetap saja tidak akan berguna. Itu adalah pemikiran yang salah. Jika semua orang berfikir itu, maka tidak akan ada yang berhemat bukan? Kita harus menanamkan pikiran segala sesuatu hal yang baik itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Jangan menunggu orang lain untuik berbuat hal kebaikan.
Oleh karena itu, maka untuk menjaga lingkungan kita ini, lingkungan Bumi kita yang tercinta ini, lakukanlah suatu hal yang kecil karena sesuatu yang besar itu tidak ada sebelum ada hal yang kecil. Jika hal kecil itu dilakukan oleh banyak orang, maka hal kecil itu akan menjadi hal yang besar. Jika seribu orang membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan, maka daerah tersebut akan menjadi bersih. Tetapi jika seribu orang membuang sampah sembarangan, maka tentunya daerah itu akan sangat kotor sekali.
Jadi, janganlah pernah meremehkan hal-hal kecil seperti menghemat listrik, menghemat air, menghemat BBM, atau membuang sampah pada tempatnya. Lakukan mulai dari diri sendiri lalu tularkanlah pada orang-orang disekitar anda. Jadilha sahabat Bumi dan cintailah Bumi ini. Semoga jika kita telah melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, Bumi ini kembali indah, sejuk, segar dan udaranya nyaman sehingga ita semakin senang hidup di Bumi ini. JADILAH SAHABAT BUMI!
Senin, 14 November 2011
Fungsi Rumah Dalam Status Sosial Masyarakat
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin.
Dengan perbedaan-perbedaan tersebut, pada dasarnya sebuah rumah bisa dibangun setidaknya dengan memiliki 4 fungsi, yaitu:
1. Sebagai tempat tinggal yang nyaman
2. Sebagai sumber ibadah
3. Sebagai sumber ilmu
4. Sebagai sumber pendapatan.
1. Rumah sebagai Tempat Tinggal yang Nyaman.
Dengan perbedaan-perbedaan tersebut, pada dasarnya sebuah rumah bisa dibangun setidaknya dengan memiliki 4 fungsi, yaitu:
1. Sebagai tempat tinggal yang nyaman
2. Sebagai sumber ibadah
3. Sebagai sumber ilmu
4. Sebagai sumber pendapatan.
1. Rumah sebagai Tempat Tinggal yang Nyaman.
Baiti Jannati. Rumahku Surgaku. Begitu kata Rasulullah Muhammad SAW. Sebuah rumah akan terasa nyaman untuk ditingggali jika dia memenuhi beberapa kriteria. Antara lain, lapang dan bersih.
Lapang tidak harus identik dengan luas. Tapi bisa dikarenakan tidak banyak sekat dan hanya diisi dengan perabotan yang sangat diperlukan saja. Hal ini saya coba praktekkan di rumah saya. Rumah saya didesain tidak memiliki banyak sekat. Selain itu perabotan yang ada hanya seperlunya saja. Tidak terlalu banyak asesoris, baik di dinding maupun di lantai.
Kebersihan juga akan membuat rumah terasa nyaman. Taruh tempat sampah di setiap ruangan. Sehingga tidak ada alasan untuk menaruh atau membuang sampah sembarangan. Sapu dan pel lantai setiap hari. Bersihkan juga debu yang menempel di kaca atau perabotan sesering mungkin.
2. Rumah sebagai Sumber Ibadah.
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Terangilah rumahmu dengan sholat dan bacaan Qur’an.”
Oleh karena itu, sebuah rumah juga perlu didesain agar penghuninya mudah untuk beribadah. Antara lain harus ada ruangan untuk tempat sholat secara berjama’ah dan membaca Qur’an. Lebih bagus lagi jika ada satu ruangan yg cukup besar untuk mengadakan pengajian.
3. Rumah sebagai Sumber Ilmu.
Belajar adalah kebutuhan manusia. Belajar tidak identik dengan sekolah. Belajar bisa dimana saja, termasuk di rumah.
Setidaknya sediakan satu ruang sebagai perpustakaan. Agar para penghuni rumah bisa mencari dan membaca buku yang dia perlukan. Buat ruangan tersebut nyaman untuk membaca. Gunakan lampu yang cukup terang, sehingga mata tidak terasa lelah membaca dalam waktu yang cukup lama.
Lebih baik lagi jika sebuah rumah ada akses internet. Kenapa ? Karena saat ini banyak sekali ilmu yang bisa kita dapatkan melalui internet.
4. Rumah sebagai Sumber Pendapatan.
Nah, ini cukup menarik. Di beberapa negara barat, ini yang dikenal dengan konsep SOHO (Small Office Home Office). Rumah menyatu dengan tempat kerja.
Apalagi bagi yang tinggal di kota-kota besar. Konsep SOHO ini bisa menghindarkan diri dari kemacetan. Lebih hemat waktu & hemat biaya. Waktu tidak banyak terbuang di jalan. Sehingga bisa lebih produktif.
Bahkan saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang membolehkan pegawainya untuk mengerjakan tugas-tugasnya di rumah saja.
Dengan teknologi informasi dan internet seperti sekarang, banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan dimana saja. Mulailah kita berpikir untuk memanfaatkan teknologi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita. Apalagi mbah Google sudah meluncurkan teknologi Google Wave. Teknologi tersebut sangat membantu kita untuk bekerja secara bersama dengan rekan-rekan kita, walaupun tidak berada di satu tempat.
Sedangkan elemen terpenting dari pembentukan suatu perumahan adalah rumah itu sendiri. Rumah dapat diartikan sebagai berikut :
- Tempat untuk berumah tangga, tempat tinggal/ alamat, lokasi tempat tinggal.
- Bagian dari eksistensi individu/keluarga (terkait dengan status, tempat kedudukan, identitas).
- Bagian dari kawasan fungsional kota.
- Investasi (keluarga atau perusahaan).
- Sumber bangkitan pergerakan (trip production).
- Ruang untuk rekreasi.
- Ruang yang digunakan untuk menjalin kehidupan keluarga.
- Wadah sebagai batas privasi.
Layanan Via Online Gunadarma
STUDENT SITE
Kemudahan dan kenyamanan mahasiswa dalam menjalankan studi di Universitas Gunadarma adalah adanya layanan via online yang bias dilakukan dimana saja dan kapan saja. Salah satu layanan terbaru yang diberikan kepada mahasiswa adalah http://studentsite.gunadarma.ac.id yang di-launching pada tanggal 23 November 2006. Dalam waktu satu minggu setelah kegiatan sosialisasi di Auditorium Universitas Gunadarma,
STUDENT SITE adalah fasilitas berbasis web yang diperuntukan bagi semua mahasiswa Universitas Gunadarma yang masih aktif. Dengan fasilitas ini, mahasiswa Universitas Gunadarma dapat berkolaborasi dan saling mendapatkan informasi antar civitas akademika Universitas Gunadarma.
Dalam studentsite mahasiswa dapat membaca berita-berita terkini tentang Universitas Gunadarma yang juga dimuat di situs resmi universitas. Selain itu, segala berita akademis yang bersumber dari BAAK juga dapat dipantau dalam suatu fitur studentsite, yaitu LOCKER.
fitur LOCKER ini juga meyimpan pesan dosen (Lecture Message) yang diberikan oleh dosen dari mahasiswa yang bersangkutan, Rangkuman Nilai, Jadwal Kuliah , dan Jadwal Ujian. Jadi dengan hanya membuka “LOCKER”, mahasiswa bisa tahu semua hal yang terkait dengan kegiatan akademisnya di Universitas Gunadarma.
Selain locker, STUDENT SITE juga memuat fitur “ADDRESS BOOK” yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola alamat-alamat email kolega dari mahasiswa yang bersangkutan.
Fitur bermanfaat lainnya yang dapat digunakan adalah CALENDAR. Fitur ini memungkinkan si mahasiswa mengatur jadwal hariannya selayaknya agenda. Dengan demikian, tidak ada kegiatan yang terlewatkan atau terlupakan. Mahasiswa juga dapat menyimpan dan mengelola file-file yang dimilkinya dengan fitur FILE MANAGER.
Fitur lain yang juga menjadi daya tarik dari fasilitas STUDENT SITE adalah FORUM. Mahasiswa dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran mengenai suatu topik yang sedang hangat saat ini dengan rekan-rekan sejawatnya melalui fitur ini. Fitur lain yang satu haluan dengan fitur FORUM, adalah POLLS. Dengan fitur ini, mahasiswa bisa menjaring pendapat rekan-rekannya mengenai suatu topik, peristiwa maupun fenomena yang sedang terjadi.
Selain itu, mahasiswa juga memperoleh fasilitas email dengan kapasitas 100 MB. Fitur email ini dapat diakses dalam satu layar (window) aplikasi dengan STUDENT SITE, sehingga si mahasiswa tidak perlu mengaktifkan aplikasi browser lagi untuk melihat ataupun membuat surat elektronik. Fitur ini juga menyediakan komponen yang sudah umum seperti filtering, managing folder, deleting, dan lainnya. Kapasitas yang besar juga membuat mahasiswa lebih fleksibel untuk mengatur aktivitas surat menyurat elektroniknya.
Fitur BOOKMARK adalah fitur yang harus dimanfaatkan oleh mahasiswa yang sering mencari informasi melalui internet, terutama jika mereka memiliki situs favorit yang sering mereka kunjungi. Karena dengan fitur ini si mahasiswa dapat menyimpan URL situs favoritnya tersebut untuk referensi di kemudian hari.
Kelemahan STUDENT SITE adalah bagi mahasiswa yang sulit mengakses internet. hal itu bisa terjadi jika tempat tinggalnya jauh dari warung internet (warnet), dengan demikian mahasiswa yang bersangkutan dapat ketinggalan informasi bahkan informasi penting sekaligus. Seperti informasi tugas, informasi beasiswa dll.
Menu Layanan yang ada pada Studentsite adalah :
* Home
* WWW News
* BAAK News
* Lecture Messages
* Rangkuman nilai
* Jadwal Kuliah
* Jadwal Ujian
* Bebas Perpustakaan
* Surat Keterangan
* Infor Absesnsi
* Pendaftaran Lomba Blog
* Info Seminar (UG portfolio)
* Tulisan (UG portfolio)
* Tugas (UG portfolio)
* Warta Warga
* Blog Komunitas Perbankan
* Blog Komunitas Linux
* Blog Komunitas Photografi
* Blog Komunitas Robotika
* Blog Komunitas Arsitektur
* Blog Komunitas Ekonomi Syariah
* Blog Komunitas Pasar Modal
Hubungan Manusia Dengan Budaya Dalam Arsitektur
Tulisan ini dipicu oleh penolakan dana publik ke paviliun Australia di Venice Biennale baru-baru ini, tetapi yang lebih penting, oleh kebutuhan untuk terlibat dengan isu-isu yang seperti itu menimbulkan penolakan. Isu-isu ini tidak berhubungan dengan kekuatan relatif atau kelemahan arsitektur Australia, melainkan dengan cara di mana ia mendefinisikan dirinya.Arsitektur di negeri ini tidak mendefinisikan dirinya dalam cara apapun tunggal, bagaimanapun, ada persepsi yang berlaku.
Untuk mengatasi persepsi itu adalah untuk membuka kembali kebutuhan untuk menghubungkan arsitektur untuk dunia yang lebih luas dari kebijakan - kebijakan lain dari peraturan perencanaan sederhana - dan ini melibatkan membuka kembali pertanyaan tentang itu hubungan arsitektur dengan budaya.
Tulisan ini menggunakan "budaya" dalam dua pengertian. Satu berkaitan dengan kegiatan yang sering dipahami sebagai spesifik untuk arsitektur. Yang lain adalah erat terhubung ke dunia demarcates eksistensi manusia dan cara-cara di mana kehidupan manusia membedakan dirinya dari alam. Diambil dalam isolasi masing-masing berpotensi bermasalah - memegang ke eksklusivitas dari budaya arsitektur menyangkal keberadaannya sebagai bagian dari masyarakat manusia, sambil memikirkan arsitektur sebagai tidak lain dari budaya menghalangi pertimbangan, misalnya, dengan cara yang berbeda bahan yang menyadari efek yang berbeda dalam praktek arsitektur.Yang penting adalah kekhawatiran cara dari satu pemahaman bisa - mungkin harus - menyusup ke yang lain.
Menyadari bahwa kedua pengertian yang berbeda dari budaya yang saling terkait dapat memberikan jalan melalui pertimbangan yang kompleks. Bersikeras interelasi ini memperkenalkan elemen lain mendefinisikan ke dalam persamaan. Memang, tanda titik hubungan publik.
Arsitektur dasarnya publik. Ini tidak klaim mengejutkan, tapi, seperti banyak kebenaran, penerimaan menegaskan apa yang berbatasan dengan penolakan akibatnya.
Sebuah pilihan yang muncul. Arsitektur dapat mendefinisikan lingkup operasinya sebagai obyek pembangunan yang dipahami sebagai hanya pernah swasta, dan yang dengan demikian hanya membuka dunia sudah dibatasi kegiatan individu - misalnya, rumah. Atau arsitektur dapat bersikeras pada dasarnya sifatnya publik. Menekankan publik tidak berarti bahwa pembangunan rumah itu, dalam arti beberapa, penolakan "arsitektur" Sebaliknya, argumen yang itu terus-menerus membuka arsitektur yang ke dunia - pembuka yang dapat memiliki peran penting dalam pembangunan dunia yang - adalah salah satu cara utama untuk menghasilkan suatu perhubungan antara budaya arsitektur dan masyarakat sifat inheren dari manusia sosialitas.
Perbedaan antara dua posisi - membuka atau membuka diri - bukanlah perbedaan antara arsitektur sebagai sebuah kegiatan akademik di satu sisi dan sebagai aktivitas duniawi di sisi lain. Sebaliknya, berbagai konsepsi praktek bekerja di sini - dalam kedua kasus bisa ada memperjuangkan materi mengenai program, di kedua, perhatian dengan konsekuensi lingkungan bangunan dapat menjadi yang utama; sama, isu-isu yang berkaitan dengan keberlanjutan dapat mendorong masing-masing . Namun perbedaan yang sangat penting. Ini melibatkan sejauh mana ada penegasan - dengan semua kesulitan dan kompleksitas bahwa istilah ini membawa - masyarakat sifat inheren arsitektur.
Arsitektur digambarkan sebagai pembukaan di saat mendefinisikan dirinya sebagai suatu kegiatan konstruksi bagi individu untuk memenuhi kebutuhan individu. Dalam kerja dari luar dalam, ruang dibuat yang mereproduksi keinginan klien - dunia mengambil veneer dari swasta. Ini adalah konsepsi pribadi di mana individu - baik tunggal atau sebagai unit - memiliki keunggulan. Apalagi ini menghasilkan konsepsi masyarakat sebagai kumpulan individu yang semuanya bercita-cita untuk membuat sendiri "pribadi" dunia, yang merupakan lokus di mana unik sendiri keinginan mereka puas.
Arsitektur mulai mendefinisikan dirinya dalam istilah-istilah saat ini konsep dari praktek - dan penciptaan dunia - menjadi dasar untuk diskusi masa depan dan evaluasi. Setelah objek dipahami sebagai yang telah diciptakan bagi individu - termasuk konsepsi masyarakat sebagai totalitas individu - hal berikut arsitektur yang merupakan ekspresi dari kepribadian, dan bahwa objek dibangun mengekspresikan kepribadian klien. (Atau setidaknya bahwa ini akan menjadi maksud yang diinginkan pada kedua belah pihak.) Sama, karena konstruksi, dimengerti dalam terang ini, selalu ditentukan oleh konsepsi selera masing-masing, tidak mungkin ada link ke setiap konsepsi budaya luar generalisasi individu. Tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa setelah ini diterima sebagai definisi arsitektur - dan itu adalah definisi-diri yang bekerja di berbagai skala yang berbeda - arsitektur akan pasti dipahami sebagai serangkaian diproduksi (dibangun, dibangun, dan sebagainya ) objek yang dibuat oleh individu untuk melayani tujuan individu. Karena masyarakat selalu mempertentangkan bagi individu - dan ini benar bahkan ketika publik dipahami sebagai kehadiran abstrak dari totalitas individu - arsitektur akan ditentukan dalam hal hubungan tunggal. Relasi ini akan selalu antara arsitek dan klien, dan arsitektur akan tetap tertutup dalam hubungan itu.
Begitu ada giliran ke arah interior tidak perlu untuk berpikir dalam hal pendaftaran eksterior. Unsur-unsur - minimal, eksterior yang arsitektur terbuka keluar - berkaitan dengan budaya dipahami sebagai bagian dari domain publik. Batas dari definisi ini tidak boleh dilakukan dengan program yang spesifik, meskipun keasyikan jelas arsitektur Australia dengan perumahan domestik hanya memperburuk situasi. Desakan pada interior dan definisi yang berhubungan arsitektur dalam hal keprihatinan individu - dan sebaliknya sebagai satu-satunya keprihatinan bagi individu - menjadi masalah sederhana untuk menemukan arsitektur sebagai tidak lebih dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam kerangka rumah ini akan memiliki setelan dipesan lebih dahulu sebagai berhubungan nya. Penolakan masyarakat, tentu saja, sebuah posisi yang diambil dalam kaitannya dengan sifat inheren masyarakat arsitektur. Ini tidak hanya menetapkan batas diri-arsitektur definisi dalam hal membuka dalam, tetapi juga menunjukkan bahwa budaya arsitektur, dari awal, dilalui oleh materi kompleks budaya.
Kehadiran tempat sudah budaya perlu dicatat. Di sini, menyangkut kemampuan untuk sebuah objek ke panggung relasi. Hal ini mungkin tampak sebuah kompleks titik terlalu, tapi tidak.
Staging relasi tidak hanya kehadiran program, juga bukan hanya menggunakan satu kombinasi bahan bukan dari yang lain. Staging adalah cara bahwa interarticulation program dan bahan bekerja untuk menyajikan sebuah konsep tertentu dari program tersebut. Perbedaan, misalnya, antara dua museum yang dapat ditemukan dalam hal apa yang mereka panggung. Artinya, cara pemahaman program, geometri yang tepat untuk realisasinya, dan bahan sekali gabungan menghasilkan objek. Namun, objek sebagai tempat kegiatan. Kegiatan ini adalah cara membangun tahap kehadirannya. Dua hal perlu dicatat di sini. Yang pertama adalah bahwa pementasan merupakan bagian integral dari cara objek bekerja sebagai arsitektur. Yang kedua adalah bahwa program, geometri, dan penggunaan bahan memiliki baik dimensi sejarah dan budaya. Ini berarti pementasan yang seharusnya inscribes objek arsitektur dengan pertimbangan budaya yang lebih luas keprihatinan. Pembukaan di, oleh karena itu, menjadi upaya untuk menghindari mendefinisikan arsitektur dalam hal ini prasasti publik yang lebih luas.
Posisi kontra - keluar membuka - menjadi cara mengakui kehadiran pementasan dan memungkinkan pengakuan ini untuk memainkan peran penting dalam membangun definisi arsitektur.
Pindah ke luar - memungkinkan eksternal untuk didaftarkan secara internal dan internal untuk memiliki pendaftaran eksternal - memungkinkan kita untuk bersikeras pada sifat umum arsitektur justru karena di sini dua indera budaya berinteraksi. Ini bukan pertanyaan tentang rumah versus bangunan publik. Sebaliknya, definisi ini khusus memberikan dasar bagi pemahaman lebih umum arsitektur.
Hal ini penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa kebudayaan yang terdaftar bukanlah kesatuan maupun jinak. Memang, saling dominasi dan oposisi merupakan dasar untuk skismatik dan atletik sifatnya. Hal ini akan membuka area diskusi yang tidak dapat dicapai dalam konteks ini. Namun, hal itu menunjukkan, tetap, bahwa pendaftaran unsur eksternal tidak akan pendaftaran budaya bersatu justru karena budaya tersebut tidak didasarkan dalam arti persatuan - selain dari dominasi sederhana atau identifikasi dengan totalitas budaya yang paling konservatif contoh, misalnya identifikasi budaya dengan nasional.
Penekanan pada pengakuan eksplisit dari masyarakat arsitektur alam, dan pada arsitektur sebagai "pementasan", tidak berarti bahwa arsitektur selanjutnya harus baik utilitarian - yang hanya fungsional atau instrumental atau didorong oleh beberapa tujuan sosial yang besar.
Selain itu, seperti pengakuan mungkin hadir dalam berbagai cara yang cukup. Ini tidak terjadi dengan menempatkan arsitektur di permukaan, tetapi dengan membiarkan permukaan untuk membantu menciptakan urbanisme visual.
Apa yang muncul, sebagai potensi serta apa yang sebenarnya sadar, adalah permukaan perkotaan.
Kepentingan di permukaan seperti yang tampak oleh Lyons - dan di sini ada afinitas penting dengan beberapa karya terbaru oleh Herzog dan de Meuron, dalam mereka perpustakaan khususnya untuk Politeknik Eberswalde - harus dipahami sebagai menempatkan obyek arsitektur sebanyak dalam keterlibatan berkelanjutan dengan kekhawatiran program, seperti di permukaan pembangunan perkotaan. Pentingnya terakhir adalah bahwa mereka mengambil penciptaan permukaan melampaui segala keprihatinan dengan dekoratif.
Sementara banyak telah ditulis mengenai ARM's National Museum of Australia (NMA) di Canberra, tunggal pentingnya terletak pada cara tertentu itu tahap konsepsi masyarakat dan dengan demikian masyarakat. Sementara itu meningkatkan situs, untuk berpendapat bahwa membangun melengkapi Burley Griffin masterplan Walter menjalankan risiko mengutuk itu di muka.
Pada identitas NMA menjadi tempat negosiasi tak berujung dan membawa simbol-simbol posisi itu. Both work together to define the site. Keduanya bekerja sama untuk menentukan situs. Daripada berkonsentrasi pada simbol per se, apa yang mendasar adalah bahwa mereka memperkenalkan konsep waktu yang tidak ditentukan oleh kedekatan. Masih ada hubungan antara simbol dan apa yang disimbolkan. Namun, apa yang perlu dicatat adalah bahwa sulit untuk membuat link sebagai definitif.
Lab arsitektur studio Federasi Square adalah proyek yang berbeda secara fundamental. Tapi tuntutan, antara lain, peninjauan kembali atas bagaimana, dalam sosok perkotaan, konteks / hubungan tanah harus perombakan dalam hal gambar / hubungan angka. Prasasti dari urbanisme implisit menjadi The Ian Potter Centre: NGV Australia, konstruksi kotak diri mereka sebagai perkotaan secara eksplisit, hubungan kompleks yang keduanya memiliki ke urbanisme diciptakan oleh persimpangan dari grid dan jalur dan makan oleh hub transportasi umum , berarti bahwa setiap elemen menjadi tokoh penting membangun medan perkotaan. Meskipun hal ini tidak terjadi secara harfiah, Federation Square berkembang - baik eksternal dan internal (dalam NGV itu sendiri) - yang urbanisme setting, sementara menuntut pemikiran ulang jika bagaimana intervensi skala ini dalam kain yang sudah ada pre harus dipahami.Untuk mengatasi persepsi itu adalah untuk membuka kembali kebutuhan untuk menghubungkan arsitektur untuk dunia yang lebih luas dari kebijakan - kebijakan lain dari peraturan perencanaan sederhana - dan ini melibatkan membuka kembali pertanyaan tentang itu hubungan arsitektur dengan budaya.
Tulisan ini menggunakan "budaya" dalam dua pengertian. Satu berkaitan dengan kegiatan yang sering dipahami sebagai spesifik untuk arsitektur. Yang lain adalah erat terhubung ke dunia demarcates eksistensi manusia dan cara-cara di mana kehidupan manusia membedakan dirinya dari alam. Diambil dalam isolasi masing-masing berpotensi bermasalah - memegang ke eksklusivitas dari budaya arsitektur menyangkal keberadaannya sebagai bagian dari masyarakat manusia, sambil memikirkan arsitektur sebagai tidak lain dari budaya menghalangi pertimbangan, misalnya, dengan cara yang berbeda bahan yang menyadari efek yang berbeda dalam praktek arsitektur.Yang penting adalah kekhawatiran cara dari satu pemahaman bisa - mungkin harus - menyusup ke yang lain.
Menyadari bahwa kedua pengertian yang berbeda dari budaya yang saling terkait dapat memberikan jalan melalui pertimbangan yang kompleks. Bersikeras interelasi ini memperkenalkan elemen lain mendefinisikan ke dalam persamaan. Memang, tanda titik hubungan publik.
Arsitektur dasarnya publik. Ini tidak klaim mengejutkan, tapi, seperti banyak kebenaran, penerimaan menegaskan apa yang berbatasan dengan penolakan akibatnya.
Sebuah pilihan yang muncul. Arsitektur dapat mendefinisikan lingkup operasinya sebagai obyek pembangunan yang dipahami sebagai hanya pernah swasta, dan yang dengan demikian hanya membuka dunia sudah dibatasi kegiatan individu - misalnya, rumah. Atau arsitektur dapat bersikeras pada dasarnya sifatnya publik. Menekankan publik tidak berarti bahwa pembangunan rumah itu, dalam arti beberapa, penolakan "arsitektur" Sebaliknya, argumen yang itu terus-menerus membuka arsitektur yang ke dunia - pembuka yang dapat memiliki peran penting dalam pembangunan dunia yang - adalah salah satu cara utama untuk menghasilkan suatu perhubungan antara budaya arsitektur dan masyarakat sifat inheren dari manusia sosialitas.
Perbedaan antara dua posisi - membuka atau membuka diri - bukanlah perbedaan antara arsitektur sebagai sebuah kegiatan akademik di satu sisi dan sebagai aktivitas duniawi di sisi lain. Sebaliknya, berbagai konsepsi praktek bekerja di sini - dalam kedua kasus bisa ada memperjuangkan materi mengenai program, di kedua, perhatian dengan konsekuensi lingkungan bangunan dapat menjadi yang utama; sama, isu-isu yang berkaitan dengan keberlanjutan dapat mendorong masing-masing . Namun perbedaan yang sangat penting. Ini melibatkan sejauh mana ada penegasan - dengan semua kesulitan dan kompleksitas bahwa istilah ini membawa - masyarakat sifat inheren arsitektur.
Arsitektur digambarkan sebagai pembukaan di saat mendefinisikan dirinya sebagai suatu kegiatan konstruksi bagi individu untuk memenuhi kebutuhan individu. Dalam kerja dari luar dalam, ruang dibuat yang mereproduksi keinginan klien - dunia mengambil veneer dari swasta. Ini adalah konsepsi pribadi di mana individu - baik tunggal atau sebagai unit - memiliki keunggulan. Apalagi ini menghasilkan konsepsi masyarakat sebagai kumpulan individu yang semuanya bercita-cita untuk membuat sendiri "pribadi" dunia, yang merupakan lokus di mana unik sendiri keinginan mereka puas.
Arsitektur mulai mendefinisikan dirinya dalam istilah-istilah saat ini konsep dari praktek - dan penciptaan dunia - menjadi dasar untuk diskusi masa depan dan evaluasi. Setelah objek dipahami sebagai yang telah diciptakan bagi individu - termasuk konsepsi masyarakat sebagai totalitas individu - hal berikut arsitektur yang merupakan ekspresi dari kepribadian, dan bahwa objek dibangun mengekspresikan kepribadian klien. (Atau setidaknya bahwa ini akan menjadi maksud yang diinginkan pada kedua belah pihak.) Sama, karena konstruksi, dimengerti dalam terang ini, selalu ditentukan oleh konsepsi selera masing-masing, tidak mungkin ada link ke setiap konsepsi budaya luar generalisasi individu. Tidaklah sulit untuk membayangkan bahwa setelah ini diterima sebagai definisi arsitektur - dan itu adalah definisi-diri yang bekerja di berbagai skala yang berbeda - arsitektur akan pasti dipahami sebagai serangkaian diproduksi (dibangun, dibangun, dan sebagainya ) objek yang dibuat oleh individu untuk melayani tujuan individu. Karena masyarakat selalu mempertentangkan bagi individu - dan ini benar bahkan ketika publik dipahami sebagai kehadiran abstrak dari totalitas individu - arsitektur akan ditentukan dalam hal hubungan tunggal. Relasi ini akan selalu antara arsitek dan klien, dan arsitektur akan tetap tertutup dalam hubungan itu.
Begitu ada giliran ke arah interior tidak perlu untuk berpikir dalam hal pendaftaran eksterior. Unsur-unsur - minimal, eksterior yang arsitektur terbuka keluar - berkaitan dengan budaya dipahami sebagai bagian dari domain publik. Batas dari definisi ini tidak boleh dilakukan dengan program yang spesifik, meskipun keasyikan jelas arsitektur Australia dengan perumahan domestik hanya memperburuk situasi. Desakan pada interior dan definisi yang berhubungan arsitektur dalam hal keprihatinan individu - dan sebaliknya sebagai satu-satunya keprihatinan bagi individu - menjadi masalah sederhana untuk menemukan arsitektur sebagai tidak lebih dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam kerangka rumah ini akan memiliki setelan dipesan lebih dahulu sebagai berhubungan nya. Penolakan masyarakat, tentu saja, sebuah posisi yang diambil dalam kaitannya dengan sifat inheren masyarakat arsitektur. Ini tidak hanya menetapkan batas diri-arsitektur definisi dalam hal membuka dalam, tetapi juga menunjukkan bahwa budaya arsitektur, dari awal, dilalui oleh materi kompleks budaya.
Kehadiran tempat sudah budaya perlu dicatat. Di sini, menyangkut kemampuan untuk sebuah objek ke panggung relasi. Hal ini mungkin tampak sebuah kompleks titik terlalu, tapi tidak.
Staging relasi tidak hanya kehadiran program, juga bukan hanya menggunakan satu kombinasi bahan bukan dari yang lain. Staging adalah cara bahwa interarticulation program dan bahan bekerja untuk menyajikan sebuah konsep tertentu dari program tersebut. Perbedaan, misalnya, antara dua museum yang dapat ditemukan dalam hal apa yang mereka panggung. Artinya, cara pemahaman program, geometri yang tepat untuk realisasinya, dan bahan sekali gabungan menghasilkan objek. Namun, objek sebagai tempat kegiatan. Kegiatan ini adalah cara membangun tahap kehadirannya. Dua hal perlu dicatat di sini. Yang pertama adalah bahwa pementasan merupakan bagian integral dari cara objek bekerja sebagai arsitektur. Yang kedua adalah bahwa program, geometri, dan penggunaan bahan memiliki baik dimensi sejarah dan budaya. Ini berarti pementasan yang seharusnya inscribes objek arsitektur dengan pertimbangan budaya yang lebih luas keprihatinan. Pembukaan di, oleh karena itu, menjadi upaya untuk menghindari mendefinisikan arsitektur dalam hal ini prasasti publik yang lebih luas.
Posisi kontra - keluar membuka - menjadi cara mengakui kehadiran pementasan dan memungkinkan pengakuan ini untuk memainkan peran penting dalam membangun definisi arsitektur.
Pindah ke luar - memungkinkan eksternal untuk didaftarkan secara internal dan internal untuk memiliki pendaftaran eksternal - memungkinkan kita untuk bersikeras pada sifat umum arsitektur justru karena di sini dua indera budaya berinteraksi. Ini bukan pertanyaan tentang rumah versus bangunan publik. Sebaliknya, definisi ini khusus memberikan dasar bagi pemahaman lebih umum arsitektur.
Hal ini penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa kebudayaan yang terdaftar bukanlah kesatuan maupun jinak. Memang, saling dominasi dan oposisi merupakan dasar untuk skismatik dan atletik sifatnya. Hal ini akan membuka area diskusi yang tidak dapat dicapai dalam konteks ini. Namun, hal itu menunjukkan, tetap, bahwa pendaftaran unsur eksternal tidak akan pendaftaran budaya bersatu justru karena budaya tersebut tidak didasarkan dalam arti persatuan - selain dari dominasi sederhana atau identifikasi dengan totalitas budaya yang paling konservatif contoh, misalnya identifikasi budaya dengan nasional.
Penekanan pada pengakuan eksplisit dari masyarakat arsitektur alam, dan pada arsitektur sebagai "pementasan", tidak berarti bahwa arsitektur selanjutnya harus baik utilitarian - yang hanya fungsional atau instrumental atau didorong oleh beberapa tujuan sosial yang besar.
Selain itu, seperti pengakuan mungkin hadir dalam berbagai cara yang cukup. Ini tidak terjadi dengan menempatkan arsitektur di permukaan, tetapi dengan membiarkan permukaan untuk membantu menciptakan urbanisme visual.
Apa yang muncul, sebagai potensi serta apa yang sebenarnya sadar, adalah permukaan perkotaan.
Kepentingan di permukaan seperti yang tampak oleh Lyons - dan di sini ada afinitas penting dengan beberapa karya terbaru oleh Herzog dan de Meuron, dalam mereka perpustakaan khususnya untuk Politeknik Eberswalde - harus dipahami sebagai menempatkan obyek arsitektur sebanyak dalam keterlibatan berkelanjutan dengan kekhawatiran program, seperti di permukaan pembangunan perkotaan. Pentingnya terakhir adalah bahwa mereka mengambil penciptaan permukaan melampaui segala keprihatinan dengan dekoratif.
Sementara banyak telah ditulis mengenai ARM's National Museum of Australia (NMA) di Canberra, tunggal pentingnya terletak pada cara tertentu itu tahap konsepsi masyarakat dan dengan demikian masyarakat. Sementara itu meningkatkan situs, untuk berpendapat bahwa membangun melengkapi Burley Griffin masterplan Walter menjalankan risiko mengutuk itu di muka.
Pada identitas NMA menjadi tempat negosiasi tak berujung dan membawa simbol-simbol posisi itu. Both work together to define the site. Keduanya bekerja sama untuk menentukan situs. Daripada berkonsentrasi pada simbol per se, apa yang mendasar adalah bahwa mereka memperkenalkan konsep waktu yang tidak ditentukan oleh kedekatan. Masih ada hubungan antara simbol dan apa yang disimbolkan. Namun, apa yang perlu dicatat adalah bahwa sulit untuk membuat link sebagai definitif.
Arti penting dari proyek-proyek ini tidak dapat dipahami dalam hal gambar mereka proyek. Dengan kata lain, tidak seolah-olah kerja berikutnya - baik itu proyek skala besar atau rumah negeri - harus memiliki Lyons permukaan, atau untuk menyebarkan simbolisme kompleks, atau untuk mime geometri fraktal. Fakta bahwa mereka signifikan tidak berarti bahwa mereka menetapkan ukuran untuk arsitektur apa yang harus terlihat seperti. Ini bukan soal penampilan, apa yang terjadi adalah proses abstraksi di mana apa yang menjadi ciri khas mereka - dan selalu akan menjadi interaksi yang ketat arsitektur dan budaya, satu menyertakan yang lain - diperbolehkan untuk menetapkan kerangka di mana Definisi arsitektur sendiri dapat terus berkembang.
Menegaskan keberadaan budaya - dengan mencatat ineliminability masyarakat, sementara memungkinkan keduanya memiliki status yang kompleks dan diperebutkan - memungkinkan arsitektur akan dibuka di luar pengurangan apapun. Jadilah bahwa pengurangan dengan hanya ekonomi atau semata-mata budaya, tak usah mengatakan bahwa posisi seperti niscaya contestable. Selain itu, ini contestability melekat dapat menyebabkan penolakan dari interaksi budaya dan oleh karena itu dalam membela tentang saling ketergantungan antara swasta dan ekonomi. Kemenangan salah satu dari yang lain mengungkapkan suatu kebenaran penting. Yakni, bahwa kehadiran konflik - yang terus tak terhindarkan dari contestability - adalah langkah pertama dalam argumen untuk budaya sifat inheren dari arsitektur.
Ompu Monang Napitupulu ingin Sederhanakan Budaya Batak
IKHTISAR
Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, sebuah organisasi kesukuan yang diketuai oleh Ompu Monang Napitupulu yang berdiri sejak 1997, membombardirkan dengan iklan-iklan yang mengajak masyarakat Batak Toba di mana pun berada untuk mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pasogit. Lingkungan Bona Pagosit ini merupakan bahasa sub-etnik Batak Toba untuk menyebutkan daerah tempat tinggal masyarakat di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Dengan penuh semangat berapi-api, Ompu Monang menyampaikan betapa pentingnya tiap etnik di Indonesia punya kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidaritas Indonesia. Sedangkan sub-etnis Batak lainnya adalah Batak Angkola, Batak Mandailing, Btak Simalungun, Batak Pakpak, dan Batak Karo. Namun sebenarnya orang Batak memiliki stereotip umum berupa orang Batak ceplas-ceplos, berwatak keras, senang sekali menyanyi dan berwajah khas dengan dagu persegi.
Orang Batak memiliki beberapa sisi positif dari segi budaya, yaitu sifat kekeluargaannya yang sangat hangat dan tingkat pendidikan yang sama rata karena pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama. Sedangkan dari sisi negatif kekerabatannya adalah penghamburan uang dan waktu. Seperti pada upacara perkawinan, orang Batak biasanya menjadikan acara tersebut sebagai ajang meningkatkan kegengsian dari jumlah kain ulos yang didapat dan pemberian nasehat yang memakan waktu yang cukup lama. Untuk itulah Ompu Monang berkeinginan untuk menyederhanakan budaya Batak ini.
ANALISIS
>> Unsur-unsur dan wujud-wujud kebudayaan.
Unsur | Idiil | Aktivitas | Fisik |
Bahasa | Mempermudah komunikasi dan penyampain informasi | Dengan memasang iklan-iklan diberbagai surat kabar. | Iklan-iklan di surat kabar |
Sistem Teknologi | Tidak di temukan dalam bacaan | Tidak di temukan dalam bacaan | Tidak di temukan dalam bacaan |
Sistem Ekonomi | Melakukan tindakan pemborosan | -Pernikahan yang dilakukan dengan penuh kemegahan sehingga menghabiskan banyak uang -Penghamburan uang untuk membeli kain ulos sebagai hadiah | Kain ulos dalam jumlah banyak dan makam yang megah |
Organisasi Sosial | Membentuk suatu perkumpulan yang satu tujuan dengan sistem pengkoordinasian yang terstruktur | -Mengkritik ataupun melakukan suatu perubahan dalam kesukuan dengan jalan memasang iklan-iklan | -Parbato sebagai organisasi kesukuan |
Sistem Pengetahuan | Membuat orang menjadi lebih maju dalam pola pikirnya | Menyekolahkan anak-anak yatim piatu Batak agar tidak buta huruf dan pandai | -Dokter-dokter yang dari suku Batak -Orang-orang Batak tidak ada yang buta huruf |
Kesenian | -Melestarikan tradisi yang telah menjadi ciri khas Batak -Menciptakan suatu karya seni | - -Perkawinan masyarakat yang penuh dengan atuaran seperti adanya nasehat dan beberapa hadiah yang merupakan khas mereka. - -Pembuatan kain ulos yang dibuat dengan tenunan tangan | -Suami istri dari pernikahan orang Batak -Kain ulos |
Sistem Religi | Tidak di temukan dalam bacaan | Tidak di temukan dalam bacaan | Tidak di temukan dalam bacaan |
>>Gerak kebudayaan
Gerak budaya yang terdapat dalam bacaan diatas berupa gerakan tetap mempertahankan jatidiri budayanya untuk mewujudkan diversitas kebudayaan . Gerakan ini berupa ide Ompu Monang yang ingin menyederhanakan budaya Batak yang terkesan menghamburkan banyak uang pada saat pernikahan adat dan Pembuktikan yang dilakukannya adalah pada acara pernikahan putrinya yang terkesan sederhana tetapi tidak meningggalkan budaya Batak yang sesungguhnya.
Kehidupan Suku Dayak dan Modang Dewasa ini Inventarisasi Sebuah Proses Kemiskinan
Oleh : Franky Raden
IKTISAR
Bulan Maret menjadi saksi keberangkatan saya menuju daerah pedalaman Kalimantan Timur yang merupakan tempat bermukimnya suku Dayak. Tujuan awal dari expedisi saya ini adalah melongok dan mempelajari bentuk-bentuk kesenian mereka. Akan tetapi tujuan ini mengalami berubah arah setelah melihat kondisi sebenarnya selama 5 bulan terakhir.
Daerah pemukiman suku Dayak Kenyah dan Modang yang terletak di wilayah Kecamatan Ancalong, Kabupaten Kutai dengan Kota Tenggarong terutama menjadi sorotan saya. Daerah-daerah ini banyak menjadi penurunan nilai-nilai budaya, kesenian, agama, kbersamaan dan sistem ekonomi karena pengaruh budaya dari luar pulau yang terkesan lebih berpendidikan. Hal ini membuat masyarakat mulai meninggalkan tradisi-tradisi yang ada dan beralih ke budaya barat. Pada saat budaya barat masuk, mereka seperti kehilangan arah dan mulai menyadari mereka menuju kearah pemiskinan . Mereka merasa tidak mampu membeli alat elektronik seperti radio, tape maupun alat-alat lainnya yang awalnya bukanlah kebutuhan pokok mereka. Hal ini membuat mereka harus mengemis kepada para turis yang memegang kuasa penuh. Seperti hutan-hutan yang merupakan tempat pencaharian nafkah hidup mendadak dikunci oleh penguasa hutan-hutan tersebut. Miris memang melihat orang daerah sendiri harus mengais rejeki di kandang sendiri dengan mengemis kepada orang luar.
Hal ini seperti didaerah Nias dan Bali yang harus menjual budayanya agar dapat meneruskan hidup. Memang Indonesia baru merdeka, baru 34 tahun. Akan tetapi, kesan kemerdekaan yang terlalu terburu-buru dan kesalahan sistem dari pemerintah. Sekarang masalahnya adalah membawa dan memanfaatkan dan semua posisi dan kemungkinan itu untuk kepentingan Negara dan 140 juta manusia Indonesia.
ANALISIS
>> Unsur-unsur dan wujud-wujud kebudayaannya.
Unsur Idiil Aktivitas Fisik
1. Bahasa
Mempermudah penyampaian informasi
Penulis datang ketempat penelitian yang melakukan secara langsung dan terjadilah komunikasi
Penulis juga menulis kejadian yang terjadi.
Tulisan ataupun esai
2. Sistem teknologi
Mempermudah kerja manusia
-melakukan lalu lintas antar kota
-mendengarkan kaset
-Kapal, radio, tape, kaset, mesin jahit dan barang-barang lainnya.
3. Sistem ekonomi
Meningkatkan/menurunkan taraf hidup masyarakat
-melakukan penjualan dan pembelian hasil pertanian
-menawarkan barang-barang penduduk sehari-hari
-adanya warung-warung dimiliki oleh suku pendatang
-uang
-alat-alat kebutuhan sehari-hari
4. Organisasi sosial
Menyatukan sekumpulan orang yang berpikir satu tujuan
Melakukan tindakan pengawasan terhadap pemerintah
Lembaga sosial desa dan Balai pengobatan
5. Sistem pengetahuan
Membuat orang menjadi berpikirnya lebih maju
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Sekolah-sekolah
6. Kesenian
Memberikan ciri khas setiap daerah dan melestarikan budayanya.
Melakukan kegiatan berladang
Ladang-ladang
7. Sistem religi
Kepercayaan kepada Tuhan Yang MahaEsa
Beribadah
-Kristen
-Animisme (kepercayaan kepada roh-roh)
>>Gerakan Kebudayaan
Gerakan yang dilakukan berupa gerakan melakukan pembauran atau asimilasi untuk mewujudkan integrasi kebudayaan. Gerakan ini dilakukan dengan bercampurnya budaya luar yang nerpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat Dayak walaupun pembauran budaya ini lebih terkesan kearah negatif.
IKTISAR
Bulan Maret menjadi saksi keberangkatan saya menuju daerah pedalaman Kalimantan Timur yang merupakan tempat bermukimnya suku Dayak. Tujuan awal dari expedisi saya ini adalah melongok dan mempelajari bentuk-bentuk kesenian mereka. Akan tetapi tujuan ini mengalami berubah arah setelah melihat kondisi sebenarnya selama 5 bulan terakhir.
Daerah pemukiman suku Dayak Kenyah dan Modang yang terletak di wilayah Kecamatan Ancalong, Kabupaten Kutai dengan Kota Tenggarong terutama menjadi sorotan saya. Daerah-daerah ini banyak menjadi penurunan nilai-nilai budaya, kesenian, agama, kbersamaan dan sistem ekonomi karena pengaruh budaya dari luar pulau yang terkesan lebih berpendidikan. Hal ini membuat masyarakat mulai meninggalkan tradisi-tradisi yang ada dan beralih ke budaya barat. Pada saat budaya barat masuk, mereka seperti kehilangan arah dan mulai menyadari mereka menuju kearah pemiskinan . Mereka merasa tidak mampu membeli alat elektronik seperti radio, tape maupun alat-alat lainnya yang awalnya bukanlah kebutuhan pokok mereka. Hal ini membuat mereka harus mengemis kepada para turis yang memegang kuasa penuh. Seperti hutan-hutan yang merupakan tempat pencaharian nafkah hidup mendadak dikunci oleh penguasa hutan-hutan tersebut. Miris memang melihat orang daerah sendiri harus mengais rejeki di kandang sendiri dengan mengemis kepada orang luar.
Hal ini seperti didaerah Nias dan Bali yang harus menjual budayanya agar dapat meneruskan hidup. Memang Indonesia baru merdeka, baru 34 tahun. Akan tetapi, kesan kemerdekaan yang terlalu terburu-buru dan kesalahan sistem dari pemerintah. Sekarang masalahnya adalah membawa dan memanfaatkan dan semua posisi dan kemungkinan itu untuk kepentingan Negara dan 140 juta manusia Indonesia.
ANALISIS
>> Unsur-unsur dan wujud-wujud kebudayaannya.
Unsur Idiil Aktivitas Fisik
1. Bahasa
Mempermudah penyampaian informasi
Penulis datang ketempat penelitian yang melakukan secara langsung dan terjadilah komunikasi
Penulis juga menulis kejadian yang terjadi.
Tulisan ataupun esai
2. Sistem teknologi
Mempermudah kerja manusia
-melakukan lalu lintas antar kota
-mendengarkan kaset
-Kapal, radio, tape, kaset, mesin jahit dan barang-barang lainnya.
3. Sistem ekonomi
Meningkatkan/menurunkan taraf hidup masyarakat
-melakukan penjualan dan pembelian hasil pertanian
-menawarkan barang-barang penduduk sehari-hari
-adanya warung-warung dimiliki oleh suku pendatang
-uang
-alat-alat kebutuhan sehari-hari
4. Organisasi sosial
Menyatukan sekumpulan orang yang berpikir satu tujuan
Melakukan tindakan pengawasan terhadap pemerintah
Lembaga sosial desa dan Balai pengobatan
5. Sistem pengetahuan
Membuat orang menjadi berpikirnya lebih maju
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Sekolah-sekolah
6. Kesenian
Memberikan ciri khas setiap daerah dan melestarikan budayanya.
Melakukan kegiatan berladang
Ladang-ladang
7. Sistem religi
Kepercayaan kepada Tuhan Yang MahaEsa
Beribadah
-Kristen
-Animisme (kepercayaan kepada roh-roh)
>>Gerakan Kebudayaan
Gerakan yang dilakukan berupa gerakan melakukan pembauran atau asimilasi untuk mewujudkan integrasi kebudayaan. Gerakan ini dilakukan dengan bercampurnya budaya luar yang nerpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup masyarakat Dayak walaupun pembauran budaya ini lebih terkesan kearah negatif.
Budaya Beripat Beregong di Belitung
Asal Usul Beripat-Beregong
Menurut cerita yang berkembang secara turun temurun, asal mula beripat - beregong bermula dari sebuah kelaka'--sebutan masyarakat Belitung untuk sebuah kampung kecil yang jauh di tengah hutan dan umumnya terletak tak jauhdari ume (huma, dalam bahasa Indonesia, red.) masyarakat. Keleka' tersebut dikenal dengan nama Keleka'Gelanggang (sekarang Desa Mentigi).
Dikisahkan, pada zaman dahulu, di Keleka' Gelanggang tinggallah seorang gadis. Pada zamannya ia bisa dikatakan yang tercantik. Kecantikan si gadis itu telah membuat para pemuda baik dari Keleka' Gelanggang, maupun keleka' lain sekitarnya, untuk mempersuntingnya sebagai isteri.Namun, lantaran banyaknya lamaran datang, orang tua si gadis kesulitan memutuskan siapa pemuda yang patutditerimanya sebagai menantu. Selain itu, orang tua si gadis tahu bahwa sebagian besar pelamar itu memiliki ilmu tinggi.Misalnya, hanya dengan menunjuk saja, burung yang beterbangan akan jatuh. Atau pohon yang ditampar bisa langsung meranggas dan sebagainya. Karena itulah, selain sulit menerima, orang tua si gadis juga kesulitan untuk menolaknya.
Dalam kebingungan, akhirnya, orang tua si gadis itu pun menemukan jawaban. Ia tidak akan menolak atau menerima satu pun dari lamaran tersebut. Ia baru akan menerima lamaran tersebut dengan satu syarat. Yaitu: yang berhak mendapatkan anaknya adalah yang memenangkan undian dimana undiannya ditetapkan sendiri oleh si peminang,
tanpa campur tangannya. Diberi syarat demikian, akhirnya, para peminang setuju. Mereka sepakat untuk melakukan permainan pukul-pukulan dengan rotan, mengadu ilmu masing-masing. Siapa yang kena di bagian punggungnya dinyatakan kalah. Tapi, jika keduanya sama-sama terkena pukulan, yang keluar sebagai pemenang adalah yang menerima pukulan paling sedikit. Mereka juga sepakat menentukan hari permainan. Hari yang disepakati itupun tiba. Hari itu para peminang berkumpul di satu gelanggang yang telah disediakan, siap memainkan adu pukul-pukulan dengan rotan. Sementara itu, baik penduduk Keleka' Gelanggang maupun dari keleka' sekitarnya, berduyun-duyun datang ke gelanggang untuk menyaksikan adu sakti tersebut. Sebagai pengiring dipukul gong, kelinang, tawak-tawak, gendang dan ditiuplah serunai. Seiring bunyi-bunyian tersebut, jago-jago tadi pun mulai ngigal (menari berputar-putar, red.) sambil berseru: “Ini die no'ri Tembab, cube pute (nah, ini dia dari keleka ketembab, coba lawan). Seruan itu, sambil ngigal, disambut jago lain,dengan berseru: “Ini no' ri Balai Ulu, nda' nulak pasang.” Sementara yang lain berseru pula, “Ni buntake no' ri Nandong,
dirit bangkai-e.” (Ini dari Keleka' Nandong, diseret bangkainya, tidak akan mundur). Dan lain-lain seruan yang menandakan keberanian menghadapi siapa saja. Pendek kata, diseling suara alat musik, terjadi perang seruan antara para jago tadi. Sementara itu jago-jago lain memperhatikan untuk mencari pasangan beripatnya dan bila telah ada yang menyetujui,
masuklah ia ke gelanggang tempat ngigal tadi, sambil menepuk bahu pengigal tadi sambil berkata: “Kiape re?!” (gimana saudara?). Seruan itu akan dijawab pengigal -musuh- dengan jawaban: “Tulai!” (Jadi!).
Menurut ceritanya dalam pertandingan tersebut, karena sebagian peserta adalah orang-orang berilmu tinggi dan sama-sama tidak terkalahkan, tidak seorang pun yang kalah maupun menang. Demikianlah dongeng ringkas tentang beregong/beripat.
Atraksi budaya beregong/beripat, saat ini sudah jarang dimainkan. Terakhir atraksi budaya digelar pada acara Maras Tahun , 2003 silam, si Kecamatan Selat Nasik.
Namun, untuk menggelarnya tidak mudah, karena harus dimainkan dengan pendukung lengkap. Dimulai dari selamatan, pembangunan rumah tinggi (balai peregongan) setinggi 6-7 meter yang diberi tangga buat para penabuh naik untuk memainkan alat musik pukul, seperti: dua buah gong besar, satu buah tawak-tawak, delapan buah kelinang,
dua buah gendang panang, serta sebuah serunai. Untuk menaikkan alat-alat musik ini ke balai peregongan harus dipimpin seorang dukun atau ahli waris pemilik gong. Permainan beregong/beripat ini dipimpin seorang dukun/dukun kampung dibantu seorang juru pisah dan pencatat. Permainan ini diselenggarakan pada malam hari. Setelah gong dibunyikan ramailah pemain menari-nari (ngigal) sambilberseru-seru seperti seruan peminang putri cantik yang menjadi pemicu adanya permainan ini di zaman dulu. Jika seorang telah mendapat lawan, mereka berdua pergi ke tempat dukun, lalu petugas menanyakan apakah sudah kenal
sebelumnya dan lain-lain. Ada juga syarat, bahwa jago yang bertanding tidak boleh datang dari kampung yang sejalan.
Setelah dukun tidak keberatan, begitu juga pembantunya, keduanya membuka baju mereka dan harus terlepas dari pinggang ke atas. Untuk melindungi kepala dan telinga, bagian kepala ditutup dengan sehelai kain. Sementara tangan kiri dikebat (bungkus, red.) guna menangkis pukulan lawan, juga menggunakan kain sampai sebatas lutut. Sebelum dimulai dukun pun akan memberi tahu peraturan yang harus ditaati, semisal: tidak boleh menyerang dengan mengecoh (menyeruduk), harus saling serang dan tidak menyerang bagian kepala ataupun bagian pinggang ke bawah. Pukulan yang dianggap sah adalah yang kena bagian belakang. Sebelum pertandingan dimulai kedua rotan pemain diperiksa dan diukur sama panjang, kemudian digosok dengan air jampi-jampi (dimanterai) yang sudah disediakan sebelumnya. Konon kabarnya, air jampi ini berkhasiat untuk menahan sakit meskipun kena pukulan berbekas besar (bintor, istilah setempat, red.) tapi baru terasa sakitnya setelah sampai di rumah.
Setelah rotan diberi air jampi, semuanya bersiap-siap. Kedua pemain pun masuk ke gelanggang diiringi tempik sorak
penonton. Semua pengigal yang ada di arena pun harus meninggalkan arena. Kedua orang ini saling berhadapan-hadapan, membuat gaya yang cukup menarik dalam memukul maupun menagkis. Padahal pertandingan sama sekali belum dimulai. Sekejap kemudian pertandingan pun siap dimulai. Kedua jago bersalaman lebih dulu, sambil mengucapkan kata: “Kite ne cuma main, ndak ade dendam udanya.” Dan, sang lawan pun akan menjawabnya dengan ucapan: “Silekan sidak ngempok dulu'”. Setelah itu pertandingan pun dimulai. Kedua jago saling serang, memukul dan menangkis. Suara besutan rotan pun seakan memecah kesunyian malam ditingkahi tempik sorak penonton yang mendukung jagonya masing-masing.
Setelah pertandingan berjalan cukup lama, juru pisah turun ke gelanggang, menghentikan pertandingan. Kedua jago pun dibawa ke hadapan dukun. Karena, biasanya, para petarung ini adalah juara di keleka'-nya, jarang ada yang terluka parah. Cuma, kalau bukan ahlinya, jangan berani-berani mencoba.
Beripat ini merupakan sejenis permainan ketangkasan dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul. masing-masing pemain mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Untuk menentukan pemenangnya dilihat dari masing-masing punggung pemain yang luka paling sedikit akibat sabetan rotan. Permainan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam diantara sesama pemain. biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain harus menari yang disebut "Nigal" yaitu untuk mencari lawan tanding. Musik pengiringnya dimeriahkan bunyi-bunyian yang terdiri dari musik pukul berupa "kelinang" (gamelan dan gong) serta "serunai" (alat tiup). musik tersebut dimainkan atas sebuah bangunan yang tingginya mencapai 5-6 meter yang di sebut "Balai Peregongan."
BUDAYA PEMAKAMAN DI TORAJA
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman.[24] Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar.[27] Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.
Pesta Maras Taun Di Bangka Belitung
Kali ini kita berlayar dan berlabuh ke sebuah desa bernama Desa Selat Nasik yang ada di Pulau Mendanau di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat di Desa Selat Nasik memiliki pesta adat tahunan yang disebut maras taun. Pesta maras taun adalah pesta yang digelar untuk merayakan hari panen padi. Tradisi ini awalnya hanya dilakukan para petani, kemudian diikuti juga para nelayan dan seluruh penduduk sebagai ungkapan rasa syukur. Para petani bersyukur atas hasil panen yang berlimpah dan para nelayan bersyukur atas penangkapan ikan tenggiri dan air laut yang tenang.Pesta maras taun bermakna penduduk desa Selat Nasik meninggalkan tahun lampau dengan rasa syukur dan menyambut tahun yang baru dengan harapan akan kebaikan. Kata maras taun sendiri diambil dari kata maras berarti memotong dan taun berarti tahun. Tradisi ini biasanya berlangsung selama tiga hari berturut-turut.Pada pesta adat ini disajikan beragam kesenian tradisional dari Bangka Belitung dan dari daerah lainnya, seperti kesenian Stambul Fajar, yaitu keroncong khas Belitung, Tari Piring khas suku Minang, dan Teater Dulmuluk khas Sumatera Selatan. Selain kesenian tradisional ada juga pertunjukan musik organ tunggal untuk menambah kemeriahan pesta.
Setelah dua hari menyuguhkan beragam kesenian tradisional, tibalah saatnya puncak perayaan maras taun. Acara puncak dibuka dengan tari dan lagu maras taun. Tari dan lagu maras taun dibawakan oleh 12 gadis cilik berpakaian petani perempuan. Kedua belas penari cilik ini memakai atasan kebaya warna-warni dan kain lipat pendek.Mereka juga menggunakan selendang sebagai hiasan kepala dan topi caping. Seperti kostumnya, gerak dalam tari maras taun ini juga menggambarkan gerak-gerak petani yang sedang memanen. Sambil menari mereka juga melantunkan lagu yang bercerita tentang ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang mereka dapatkan pada tahun itu.
Setelah pesta dibuka dengan tari dan lagu maras taun, acara dilanjutkan dengan tradisi Kesalan. Tradisi kesalan merupakan rangkaian acara pengungkapan rasa syukur dengn doa-doa yang dipimpin oleh dua orang tetua adat dari Desa Selat Nasik. Setelah memimpin doa, kedua orang tetua ini kemudian melakukan ritual penyiraman air yang telah dicampur dengan daun Nereuse dan dau ati-ati. Makan penyiraman air ini adalah untuk membersihkan kesialan dari penduduk desa.Acara yang paling meriah dan paling ditunggu-tunggu dalam pesta maras taun adalah tradisi berebut lepat. Lepat adalah makanan tradisional terbuat dari beras, dibungkus dengan daun pisang, dan dikukus. Khusus pesta maras taun di Bangka Belitung, lepat dibuat dari beras merah dan potongan ikan atau daging sapi. Lepat yang disajikan ada yang besar berukuran 25 kilogram dan ada yang kecil-kecil yang dibuat sebanyak 5000 buah. Lepat yang berukuran besar dibuat untuk ritual pemotongan yang dilakukan oleh pemimpin desa.
Setelah dipotong, lepat akan dibagi-bagikan kepada warga yang mengikuti pesta. Pemotongan lepat oleh pemimpin adat ini adalah menyimbolkan kewajiban seorang pemimpin yang harus melayani warganya. Setelah acara pemotongan lepat, seluruh warga kemudian beramai-ramai memperebutkan lepat beras merah yang sudah disediakan. Acara berebut lepat ini memiliki makna kegembiraan penduduk desa atas hasil panen padi dan ikan mereka dapatkan.Anda bisa datang dan bergabung dalam kemeriahan pesta maras taun. Maras taun terbuka untuk umum dan tidak memungut bayaran sama sekali. Anda bisa datang langsung ke Desa Selat Nasik dengan menyewa perahu dari pelabuhan Tanjung Pandan di Kebupaten Belitung dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Di Pulau Mendanau tidak ada penginapan yang bisa anda sewa. Namun uniknya, anda bisa menumpang di rumah-rumah penduduk karena mereka sangat terbuka dan bersahabat terhadap para wisatawan yang datang ke pulau mereka.Trn-Ike(8/11)pi
Tradisi Memotong Jari di Papua
Apakah ungkapan kesedihan yang dipertunjukkan oleh seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Menangis, barang kali itu yang paling sering kita jumpai. Bagi umumnya masyarakat pengunungan tengah dan khususnya masyarakat Wamena ungkapan kesedihan akibat kehilangan salah satu anggota keluarga tidak hanya dengan menangis saja.
Biasanya mereka akan melumuri dirinya dengan lumpur untuk jangka waktu tertentu. Namun yang membuat budaya mereka berbeda dengan budaya kebanyakan suku di daerah lain adalah memotong jari mereka.
Hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para Yakuza (kelompok orangasasi garis keras terkenal di Jepang) jika mereka telah melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau gagal dalam menjalankan misi mereka. Sebagai ungkapan penyesalannya, mereka wajib memotong salah satu jari mereka. Bagi masyarakat pengunungan tengah, pemotongan jari dilakukan apabila anggota keluarga terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, kakak, atau adik meninggal dunia.
Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Balim Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.
Pemotongan jari itu umumnya dilakukan oleh kaum ibu. Namun tidak menutup kemungkinan pemotongan jari dilakukan oleh anggota keluarga dari pihak orang tua laki-laki atau pun perempuan. Pemotongan jari tersebut dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mencegah 'terulang kembali' malapetakayang telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
Seperti kisah seorang ibu asal Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa jari kelingkingnya digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh sang ibu karena beberapa orang anakyang dilahirkan sebelumnya selalu meninggal dunia. Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak baru saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar kejadianyang menimpa anak-anak sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar sangat eksrim, namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.
Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringanyang terikat menjadi mati kemudian dipotong.
Namun kini budaya 'potong jari' sudah ditinggalkan. sekarang jarang ditemui orang yang melakukannya beberapa dekade belakangan ini. Yang masih dapat kita jumpai saat ini adalah mereka yang pernah melakukannya tempo dulu. Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh agama yang telah masuk hingga ke pelosok daerah di Papua.
Tradisi Muang Jong Ritus Menjaga Keseimbangan Alam di Belitung
Setiap tahun masyarakat suku laut di Kepulauan Bangka Belitung menggelar ritual Muang Jong untuk keselamatan mereka yang mencari nafkah di laut. Kini upacara sakral itu menjadi bagian dari daya tarik wisata di daerah ini.Syair ”Gajah Manunggang” yang berstruktur seperti pantun itu sendiri mengambil metafora terkait keberadaan ikan besar berbentuk seperti gajah. Ikan ”berbelalai” dan ”bertaring” ini dipercaya benar-benar ada. Mereka menyebut hewan laut— oleh masyarakat pada umumnya dianggap hanya mitos—tersebut sebagai gajah mina.
Seperti kisah lumba-lumba yang kerap menolong para nelayan saat terkena musibah di laut, gajah mina pun demikian. Setelah terapung-apung di laut lepas, gajah minalah yang diharapkan mau menyediakan diri jadi tunggangan Orang Sawang agar selamat dan bisa pulang ke tengah komunitasnya. Bait-bait lagu itu juga berisikan ratapan, doa, dan harapan yang merefleksikan kesedihan akan musibah yang menimpa kerabat mereka sesama Orang Sawang.Sejatinya, beberapa nyanyian komunitas suku laut yang ada di wilayah perairan Kepulauan Bangka Belitung ini hanya dimunculkan saat acara ritual tertentu. Salah satunya dalam upacara Muang Jong yang dilakukan setahun sekali setiap menjelang datangnya musim angin barat di kawasan ini.
Namun, seiring berjalannya waktu dan persentuhan mereka yang kian intens dengan ”orang darat”, tabu-tabu itu mulai menipis. Beberapa bagian dari rangkaian ritual tersebut masih bisa dihadirkan ke khalayak luar, bahkan dipanggungkan di luar upacara-upacara sakral mereka. Upacara Muang Jong yang seharusnya hanya berlangsung sekali setahun, biasanya digelar bulan Juli saat bulan naik pada penanggalan hitungan ganjil sebelum tanggal 21, pun sudah bisa ”dipesan” untuk kepentingan agenda kepariwisataan pemerintah setempat.
Sedekah laut
Kisah itu bermula ketika pada satu masa sekelompok Orang Sawang yang tengah berada di laut lepas ditimpa musibah. Ombak bergulung-gulung yang menyertai hujan badai telah membalikkan perahu mereka. Setelah berminggu-minggu terapung, akhirnya pertolongan itu datang lewat penjelmaan dewa-dewi yang belakangan dipercaya sebagai penguasa laut.
Mereka diselamatkan ke tempat yang disebut gusong timur. Di sana diperlihatkan sebuah jong (perahu) dan pondok kecil yang mereka sebut ancak. Ketika para penyelamat Orang Sawang itu menghilang, sadarlah mereka bahwa sang penyelamat tak lain adalah dewa-dewi penguasa laut.
”Menurut yang empunya cerita, sejak itulah Orang Sawang memutuskan mengadakan ritual Muang Jong dengan cara meniru bentuk jong dan ancak yang diperlihatkan kepada mereka,” tutur Salim Yan Albert Hoogstat, pemerhati budaya dan tradisi Belitung yang banyak bergaul dengan Orang Sawang.
Dalam bahasa umum, upacara Muang Jong yang berpuncak pada ritual membuang miniatur perahu/kapal berikut sesaji yang menyertainya ke laut adalah semacam kegiatan sedekah laut. Selain untuk mengenang arwah leluhur mereka yang meninggal karena ganasnya ombak di lautan, tradisi ini sekaligus sebagai sarana untuk memohon agar diberikan perlindungan dan keselamatan bagi siapa pun yang menggantungkan hidup dengan mencari nafkah di laut.
Bulan Juli dipilih sebagai waktu pelaksanaan Muang Jong lebih karena pertimbangan bahwa pada bulan-bulan berikutnya datang angin barat. Pada bulan-bulan tersebut biasanya ombak di laut mulai mengganas, ditandai tingginya empasan gelombang dan cuaca yang kian tak menentu.
”Pelaksanaannya paling tidak berlangsung tiga hari tiga malam. Di dalamnya banyak ritual yang harus dijalankan. Sebagai salah seorang dukun atau pawang di kalangan Orang Sawang, biasanya Mak Una ikut memimpin ritual-ritual itu,” kata Idris Said.
Meski bukan asli Orang Sawang, tetapi karena lahir dan besar di lingkungan masyarakat suku laut di daerah ini, Idris sudah diakui sebagai bagian dari mereka. Dalam relasi sosial antarmereka, Idris dilibatkan dalam berbagai ritual Orang Sawang. Saat ini ia bahkan memimpin Sanggar Ketimang Burong, kelompok kesenian yang mencoba mempresentasikan keberadaan Orang Sawang.
Kearifan lokal
Sebelum proses puncak pelarungan jong ke laut, ritual diawali pencarian tempat (pantai atau pulau) dan waktu upacara akan digelar.Setelah disetujui penguasa laut lewat ”komunikasi spiritual” dalam ritual khusus yang dipimpin oleh dukun atau sang pawang, rangkaian ritual berikutnya sudah menunggu.
Mulai dari prosesi mencari pokok pohon kayu di hutan untuk pembuatan replika jong, ancak, dan tiang yang akan dipasang di tanah lapang (tiang jitun menurut istilah mereka) hingga persiapan akhir sebelum jong dibuang ke laut, beragam ritual dilakukan.Baik berupa ritual untuk mengundang roh penjaga laut dan darat, yang dilakukan berkali-kali, maupun ritual yang dikemas dalam bentuk seni pertunjukan.
Momen berupa acara kesenian (baca: permainan Orang Sawang) inilah yang ditunggu-tunggu oleh orang luar. Tarian dan nyanyi- nyanyian yang dihadirkan lebih menggambarkan sikap dan pandangan hidup mereka sehari- hari. Di dalamnya tecermin berbagai kearifan lokal yang mereka miliki. Secara tak langsung, peristiwa budaya ini sekaligus berfungsi semacam bagian dari model sistem pewarisan nilai-nilai tradisi di kalangan Orang Sawang.
Setelah jong dibuang ke laut, selama tujuh hari mereka tidak dibolehkan melaut. Pelanggaran atas larangan ini dipercaya akan mendatangkan musibah.Dalam perspektif kekinian, semangat di balik larangan itu sesungguhnya terkandung pesan moral terkait perlunya upaya menjaga keseimbangan alam. Prinsip ini tak ubahnya seperti ”jeda tebang” dalam upaya pelestarian di bidang kehutanan.Kearifan untuk menjaga kehormanisan hidup pun tecermin dari salah satu rangkaian prosesi upacara Muang Jong. Sebutlah seperti dalam ritual ”jual-beli” jong, yang melibatkan dua pihak: roh halus penguasa laut dan darat. Proses ”jual-beli” itu sendiri bersifat simbolik.
Bahwa, rezeki dari laut sebagaimana yang selalu diharapkan oleh para nelayan akan terpenuhi bila manusia ”menerima” dan tidak ”memusuhi” laut dengan segala isinya. Laut dan ekosistem yang ada di dalamnya harus selalu dijaga. Oleh karena itu, kegiatan memungut hasil laut pun sepatutnya dilakukan dengan cara yang tidak berlebihan, tidak eksploitatif, apalagi sampai menggunakan bom ikan dan sejenisnya.
Di sisi lain, ritual ini juga mengedepankan semangat menjaga keharmonisan hidup antara orang-orang suku laut dan orang darat. Kedua pihak harus bisa saling menerima dan menghargai, tentu dengan segala adat dan tradisi masing-masing. (KEN)
Tradisi Perang Ketupat di Tempilang, Bangka Belitung
Gendang panjang, gendang Tempilang
Gendang disambit, kulet belulang
Tari kamei, tari Serimbang,
Tari kek nyambut, tamu yang datang
Lagu Timang Burong (Menimang Burung) pengiring tari serimbang itu dilantunkan secara lembut. Lagu itu, diiringi suara gendang dari enam penabuh serta alunan dawai (alat musik), untuk mengiringi gerak lima penari remaja yang menyambut tamu. Dengan baju dan selendang merah, kelima penari menyita perhatian ribuan pengunjung yang memadati Pantai Pasir Kuning, Tempilang, Bangka Barat, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Tarian yang menggambarkan kegembiraan sekumpulan burung siang menyambut kehadiran seekor burung malam itu merupakan pembukaan dari rangkaian tradisi perang ketupat, khas Kecamatan Tempilang di Bangka Belitung. Tradisi tersebut menggambarkan perang terhadap makhluk-makhluk halus yang jahat, yang sering mengganggu kehidupan masyarakat.
Tradisi itu sebenarnya sudah dimulai pada malam sebelum perang ketupat dimulai. Pada malam hari sebelumnya, tiga dukun Kecamatan Tempilang, yaitu dukun darat, dukun laut, dan dukun yang paling senior, memulai upacara Penimbongan.
Upacara dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di darat. Sesaji untuk makanan makhluk halus itu diletakkan di atas penimbong atau rumah-rumahan dari kayu menangor.Secara bergantian, ketiga dukun itu memanggil roh-roh di Gunung Panden, yaitu Akek Sekerincing, Besi Akek Simpai, Akek Bejanggut Kawat, Datuk Segenter Alam, Putri Urai Emas, Putri Lepek Panden, serta makhluk halus yang bermukim di Gunung Mares, yaitu Sumedang Jati Suara dan Akek Kebudin.Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari serangan roh-roh jahat. Karena itu, mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Pada upacara Penimbongan itu digelar tari campak, tari serimbang, tari kedidi, dan tari seramo. Tari campak dilakukan dalam beberapa tahap dengan iringan pantun yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan. Tari ini juga biasa digelar dalam pesta pernikahan atau pesta rakyat lainnya.Tari kedidi lebih mirip dengan peragaan jurus-jurus silat yang diilhami gerakan lincah burung kedidi, sedangkan tari seramo merupakan tari penutup yang menggambarkan pertempuran habis-habisan antara kebenaran melawan kejahatan.
Seusai upacara Penimbongan, para dukun itu kembali mengadakan upacara Ngancak, yakni pada tengah malamnya. Upacara Ngancak dimaksudkan memberi makan kepada makhluk halus penunggu laut.Diterangi empat batang lilin, dukun laut membuka acara itu dengan membaca mantra-mantra pemanggil makhluk halus penunggu laut, di antara bebatuan tepi Pantai Pasir Kuning, Tempilang. Nama-nama makhluk halus itu diyakini tidak boleh diberitahukan kepada masyarakat agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan tertentu.
Seperti pada upacara Penimbongan, upacara Ngancak juga dilengkapi sesaji bagi makhluk halus penunggu laut. Sesaji itu dipercaya merupakan makanan kesukaan siluman buaya, yaitu buk pulot atau nasi ketan, telur rebus, dan pisang rejang.
Perang ketupat
Pagi harinya, seusai tari serimbang digelar, dukun darat dan dukun laut bersatu merapal mantra di depan wadah yang berisi 40 ketupat. Mereka juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar perayaan tersebut dilindungi, jauh dari bencana.Di tengah membaca mantra, dukun darat tiba-tiba tak sadarkan diri (trance) dan terjatuh. Dukun laut menolongnya dengan membaca beberapa mantra, dan akhirnya dukun darat pun sadar dalam hitungan detik.
Menurut beberapa orang tua di tempat tersebut, ketika itu dukun darat sedang berhubungan dengan arwah para leluhur. Kenyataannya, setelah siuman, dukun darat menyampaikan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan (pantangan) warga selama tiga hari, antara lain melaut, bertengkar, menjuntai kaki dari sampan ke laut, menjemur pakaian di pagar, dan mencuci kelambu serta cincin di sungai atau laut.Setelah semua ritual doa selesai, kedua dukun itu langsung menata ketupat di atas sehelai tikar pandan. Sepuluh ketupat menghadap ke sisi darat dan sepuluh lainnya ke sisi laut. Kemudian, 20 pemuda yang menjadi peserta perang ketupat juga berhadapan dalam dua kelompok, menghadap ke laut dan ke darat.
Dukun darat memberi contoh dengan melemparkan ketupat ke punggung dukun laut dan kemudian dibalas, tetapi ketupat tidak boleh dilemparkan ke arah kepala. Kemudian, dengan aba-aba peluit dari dukun laut, perang ketupat pun dimulai.Ke-20 pemuda langsung menghambur ke tengah dan saling melemparkan ketupat ke arah lawan mereka. Semua bersemangat melemparkan ketupat sekeras-kerasnya dan berebut ketupat yang jatuh. Keadaan kacau sampai dukun laut meniup peluitnya tanda usai perang dan mereka pun berjabat tangan.Selanjutnya, perang babak kedua dimulai. Prosesnya sama dengan yang pertama, tetapi pesertanya diganti. Perang kali ini pun tidak kalah serunya karena semua peserta melempar ketupat dengan penuh emosi.Rangkaian upacara itu ditutup dengan upacara Nganyot Perae atau menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut. Upacara itu dimaksudkan mengantar para makhluk halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang.
Pergeseran budaya
Kentalnya pengaruh dukun dan dominannya aspek animisme (kepercayaan terhadap roh dan mahluk halus) dalam tradisi perang ketupat terjadi karena budaya ini merupakan warisan masyarakat asli Pulau Bangka yang belum beragama, atau sering disebut sebagai orang Lom. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan dimulainya tradisi ini. Namun, berdasarkan cerita rakyat, ketika Gunung Krakatu meletus pada tahun 1883, tradisi ini sudah ada.Seiring dengan masuknya pengaruh Islam ke Bangka, tradisi tersebut pun mengalami beberapa perubahan cara dan pergeseran substansi. Meskipun tetap turut menonton perang ketupat, sebagian besar warga yang beragama Islam telah mengubah beberapa ritual menjadi bernuansa islami.Perayaan yang dulunya difokuskan bagi roh-roh halus, kini sebagian ditujukan untuk mengenang arwah leluhur. Demikian pula dengan sesaji, diubah menjadi kenduri untuk dimakan bersama.
Langganan:
Postingan (Atom)